BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Proses
Belajar Gerak
Proses
belajar yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan berlangsung dalam 3
tahapan atau fase.
Tiga fase belajar gerak
menurut FITTS dan POSNER.
1.
Fase
Kognitif
Fase kogtinif
merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan. Disini pelajar berusaha untuk memahami bentuk
gerakan yang dipelajari, kemudian
mencoba untuk melakukan berulang-ulang.
Pada fase ini aktivitas kognitif atau aktivitas berpikir masih menonjol
karena harus berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus
melakukannya.
Pada saat
pelajar mencoba berulang-ulang melakukan gerakan, gerakannya masih sangat
dipengaruhi oleh fikirannya. Ia berusaha
menampilkan bayangan gerakan yang ada dalam pikirannya kedalam gerakan yang
nyata, pada awalnya seringkali pelajar
masih mengalami kesulitan. Namun dengan
cara berulang ulang, pelajar akan mampu melakukannya dengan bentuk gerakan yang
makin menyerupai dengan gerakan yang dibayangkannya
.
2.
Fase
Asosiatif
Fase
asosiatif merupaka fase kedua dalam belajar gerak keterampilan. Yang membatasi antara fase kognitif dan fase
asosiatif adalah dalam hal rangkaian gerak yang biasa dilakukan oleh pelajar. Pada fase asosiatif, pelajar sudah sampai
pada taraf merangkaikan bagian-bagian gerakan secara keseluruhan.
Pada
fase asosiatif ini, dengan cara melakukan rangkaian gerakan secara berulang
ulang, penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat. Peningkatan penguasaan
atau keterampilan gerak akan Nampak dalam hal: gerakan semakin lancer, makin
sesuai dengan kemauan atau makin sesuai dengan bayangan gerakan yang ingin
dilakukan, kesalahan gerakan semakin berkurang
dan semakin konsisten, dan pelaksanaannya semakin halus.
3.
Fase
Otonom
Fase
otonom merupakan fase akhir dalam pembelajaran keterampilan gerak. Pada fase ini pelajar mencapai tingkat
penguasaan gerakan yang paling tertinggi.
Pelajar bias melakukan rangkaian gerakan keterampilan secara otonom dan
secara otomatis. Gerakan bias dilakukan
secara otonom artinya bahwa pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan
tertentu walaupun pada saat yang bersamaan ia harus melakukan aktivitas lain.
Gerakan
yang otomatis adalah gerakan yang bias dilakukan seperti yang bisa dilakukan
secara otomatis adalah gerakan yang bisa dilanjutkan seperti yang dikehendaki
walaupun ia tidak memikirkan unsur-unsur bentuk bentuk gerakan yang ingin
dilakukan itu. Misalnya pada pemain
sepak bola yang sedang mendribling, begitu ia mengamati bahwa bolanya akan
direbut oleh lawan maka secara otomatis dia akan menjauhkan bola tersebut baik
itu dengan cara mendribling lebih cepat atau melakukan gerakan membelokan bola
(Caping).
Untuk
mencapai pada fase otomom, diperlukan pemraktikan gerakan berulang ukang kasi
secara teratur dalam jumlah ulangan yang banyak sekali dalam jangka waktu yang
relatif lama. Gerakan yang telah mampu dilakukan secara
otomatis, akan sulit untuk diubah polanya.
Oleh karena itu bagi pelatih olahraga perlu berhati-hati dalam
melatihkan bentuk gerakan tertentu.
2.2 Kondisi Belajar Gerak
Kondisi
belajar gerak adalah suatu keadaan yang diperlukan agar proses belajar gerak
dapat berlangsung kea rah pencapaian tujuan.
Keadaan yang diperlukan itu meliputi keadaan yang perlu ada pada diri
pelajar dan keadaan yang ada di luar diri pelajar yang berpengaruh atau yang
kenakan pada diri pelajar.
Kondisi
belajar gerak meliputi kondisi internal dan kondisi eksternal yang
masing-masing meliputi beberapa kondisi.
1.
Kondisi
Internal
Kondisi
internal adalah keadaan pada diri pelajar yang diperlukan selama proses belajar
berlangsung. Selama proses belajar
gerak, pelajar perlu :
1) Berusaha
mengingat bentuk bagian-bagian gerakan yang dipelajari.
2) Berusaha
mengingat urutan rangkaian dari bagian-bagian gerakan dalam gerakan keterampilan
secara keseluruhan.
Pada awal dari
proses belajar gerak di mana pelajar harus berusaha memahami gerakan, yang
perlu dipahami kemudian diingatnya adalah bagian-bagian dari gerakan dan urutan
rangkaiannya. Istilah mengingat dalam
pembahasan mengenai proses belajar gerak tidak hanya menyangkut ingatan
kognitif, tetapi juga menyangkut ingatan gerak.
Yang dimaksud ingatan gerak adalah kemampuan melakukan kembali
geraka-gerakan yang pernah bisa dilakukan.
2.
Kondisi
Eksternal
Kondisi
eksternal dalam belajar gerak adalah keadaan luar diri pelajar yang
mempengaruhi proses belajarnya. Kondisi
internalyang utama dalam belajar gerak adalah berbentuk stimulus yang diberikan
oleh guru atau pelatih.
Stimulus
tersebut diberikan dalam bentuk :
Pemberian Penjelasan Gerak
Pemberian
penjelasan mengenai gerakan atau disebut juga sajian instruksi verbal perlu
diperhatikan oleh guru secara singkat dan jelas, dengan menggunakan kata-kata
yang sederhana agar mudah dimengerti.
Hal-hal penting yang perlu dijelaskan, adalah mengenai unsur-unsur
bentuk gerakan dan kunci cara melakukannya, dan urut urutan gerakan yang
seharusnya dilakukan.
Pemberian Contoh Gerakan
Pemberian
contoh gerakan merupakan rangkaian dari pemberian penjelasan gerakan.
Pemberian contoh gerakan akan
memberikan gambaran yang nyata dan jelas mengenai apa dan bagaimana gerakan
seharusnya dilakukan.
Contoh
gerakan sebagai model yang akan ditiru oleh pelajar seharunya dilakukan dengan
benar dan diulang ulang beberapa kali untuk member kesempatan memahaminya. Apabila gerakan cukup rumit, hendaknya ditunjukan unsur-unsur pokonya dan
kunci-kunci gerakan yang bias mempermudah gerakan.
Setelah
pelajar diberi penjelasan dan contoh gerakan secukupnya, mereka diinstruksikan
untuk mempraktekan gerakan. Mempraktekan
gerakan merupakan kegiatan utama yang melibatkan aktivitas fisik. Pelajar harus melakukan berulang ulang
gerakan yang dipelajari.
Pada awal mempraktekan gerakan yang
baru, pelajar kadang mengalami kesulitan.
Tetapi dengan mempraktekan berulang ulang kesulitan akan berkurang dan
penguasaan gerakan semakin meningkat.
Meningkatnya penguasaan gerakan keterampilan bias ditandai berdasarkan
indikator-indikator :
1. Prinsip
pengaturan giliran.
2. Gerakan
semakin terkontrol sesuai dengan kemauannya.
3. Kesalahannya
gerakan makin berkurang,
4. Penampilan
terbaiknya bias dicapai semakin konsisten.
Agar
peningkatan penguasaan keterampilan, gerak bias dicapai secara optimal, perlu
dilakukan pengaturan kondisi praktek yang baik melalui pemberian intruksi yang
tepat.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam pengaturan kondisi praktik.
1.
Prinsip
Pengaturan Giliran
Pengaturan
giliran adalah mempraktekan gerakan akan berpengaruh terhadap kecepatan
peningkatan penguasaan gerakan. Kepada semua
pelajar perlu diberikan kesempatan yang cukup secara merata jangan sampai ada
yang memperoleh giliran terlalu berlebihan dan ada yang terlalu kurang. Kadang-kadang ada pelajar yang terlalu
bersemangat dan ada yang terlalu pasif.
Dalam hal macam itu, pelatih perlu mengendalikannya. Kepada yang terlalu bersemangat diarahkan
agas bias mengatur pemanfaatan tenaganya secara efisien tanpa menjadikan
semangatnya menurun, sedangkan yang terlalu pasif perlu diberi motivasi agar
mau berlatih.
Pengaturan giliran
erat kaitannya dengan pengaturan beban belajar atau beban latihan. Dalam hal ini ada 2 model acara pengaturan
gilira, yaitu :
1) Distributed condition adalah
prinsip pengaturan giliran mempraktikan gerakan di mana diadakan pengaturan
waktu untuk praktik dan waktu untuk istirahat secara berseling seling.
2) Massed condition adalah
prinsip pengaturan giliran mepraktikan gerakan dimana pelajar harus mepraktikan
gerakan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat.
Sebagai model
pengaturan giliran praktik yang tujuannya untuk menguasai gerakan
keterampilan. Model Distributed Condition efektif disbanding model Massed condition.
2.
Prinsip
Beban Belajar Meningkat
Pengaturan
peningkatan beban belajar gerak dapat diwujudkan dalam bentuk pengaturan materi
belajar :
1) Dimulai
dari yang mudah ke yang sukar.
2) Dimulai
dari yang sederhana ke yang kompleks.
3) Dimulai
dari gerakan yang kurang memerlukan tenaga ke yang lebih banyak memerlukan
tenaga.
3.
Prinsip
Kondisi Praktik Bervariasi
Di
dalam belajar gerak, mempraktikan gerakan merupakan tahapan belajar paling
berat karena harus melakukan aktivitas fisik yang cukup lama. Disamping factor kelelahan, faktor kejemuan
yang merupakan hambatan belajar yang paling besar. Apabila kejemuan capet menghinggapi diri
pelajar, maka sulit bagi pelajar untuk bias segera menguasai gerakan yang
dipelajari. Oleh karena itu pelatih
perlu mengatur kondisi praktik agar tidak mudah menimbulkan kejemuan. Cara yang bias dilakukan adalah mengatur
kondisi praktik yang bervariasi.
Variasi
kondisi praktek bias dibuat dalam bentuk :
1)
Dalam satu jam latihan jangan hanya
mempraktikan satu pola gerak saja, melainkan perlu mempraktikan beberapa pola gerak
dengan mempertimbangkan kesesuaian pola-pola gerak untuk dipadukan dan waktu
yang tersedia.
2)
Praktik dilakukan dalam pemberian dalam
bermacam macam formasi.
3)
Memperhatikan pemberian waktu istirahat
secara berkala.
4)
Memberikan cukup kebebasan dalam upaya masing masing
pelajar untuk menguasai gerakan.
4.
Prinsip
Pemberian Motivasi dan Menyemangati
Seseorang yang melakukan
sesuatu dipengaruhi oleh kondisi kejiwaannya.
Seseorang mau berbuat sesuatu apabila didorong oleh adalanya alas an
tertentu. Demikian juga dalam belajar
gerak.
Motivasi yang
dinilai paling kuat adalah motivasi yang bersifat intrinsik yaitu yang timbul
dari dalam diri pelajar sendiri.
Walaupun motivasi intriksik adalaha yang lebih baik, namun motivasi
ekstrinsik tetap harus diberikan kepada pelajar. Prisnsip pemberian hadiah atau pemberian
hukuman bias diterapkan. Bias juga melakukan pujian, penghargaan atau pengakuan
atas prestasi yang telah dicapai.
Penyampaian Umpan balik
Umpan
balik adalah informasi yang diperoleh oleh pelajar setelah mempraktikan gerakan
mengenai benar atau salahnya gerakan yang telah dilakukan. Informasi tersebut sangat penting agar
pelajar tahu mengenai seberapa baik ia telah mampu melakukan gerakan. Dengan
demikian ia menjadi tahu juga perbaikan apa yang seharusnya diusahakan
selanjutnya. Berdasarkan sumbernya umpan
balik dapat dibedakan menjadi 2 macam.
1) Umpan
balik internal
Yaitu
umpan balik yang diperoleh secara langsung pada saat gerakan dilakukan.
2) Umpan
balik external
Yaitu umpan
balik yang diperoleh melalui informasi yang didengar.
Pemberian umpan
balik adalah penting, tetapi hendaknya dilakukan secukupnya saja karean apabila
terlalu banyak umpan balik bisa menjemukan bagi pelajar. Secara kognitif sebenarnya
pelajar sudah tahu kesalahannya.
makasih banget artikelnya gan,,
BalasHapusSama sama mas :)
BalasHapusSangat Bermanfaat
BalasHapus