BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Menurut Al-Ghazali
Etika Belajar
Sedangkan dalam etika belajar, Al-Ghazali menjelaskan ada 10
hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
Pertama, membersihkan jiwa dari kejelekan
akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat
secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.
Kedua, menyedikitkan hubungannya dengan
sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung
halamannya. Hal ini menurut al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi
dalam apa yang menjadi fokusnya.
Ketiga, tidak sombong terhadap ilmu dan
pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru. Bahkan menurut Al-Ghazali seorang pelajar haruslah
menyearhkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien
yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.
Keempat, menjaga diri dari mendengarkan
perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan
kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada
kemalasan.
Kelima, tidak mengambil ilmu terpuji
selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena
keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami tabahhur dalam
sesuatu yang dikerjakannya.
Keenam, janganlah mengkhususkan pada satu
macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
Ketujuh, janga terburu-buru atau tergesa-gesa
kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena
sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan
bagian yang lainnya.
Kedelapan, harus mengetahui sebab-sebab lebih
mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih
dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.
Kesembilan, pelurusan tujuan pendidikan hanya
karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.
Kesepuluh,harus mengetahui mana dari suatu
disiplin ilmu yang lebih penting yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id.
Etika Mengajar
Pertama, memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti
anaknya sendiri.
Kedua, mengikuti teladan Rasul, tidak
mengharap upah, balasan ataupun ucapan terima kasih ikhlas.
Ketiga, jangan lupa menasehati murid
tentang hal-hal yang baik.
Keempat, jangan lupa menasehati murid dan
mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi hendaknya
gunakan sindiran. Jangan lupa untuk mengerjakannya terlebih dahulu karena
pendidikan dengan sikap dan perbuatan jauh lebih efektif daripada perkataan
Kelima, jangan menghina disiplin ilmu
lain.
Keenam, terangkanlah dengan kadar
kemampuan akal murid. (Hal inilah yang disebut dalam balaghah sebagai kefashihan).
Ketujuh, hendaknya seorang guru harus
mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simpel dan mudah dipahami,
karena jika pelajarannya terlalu muluk-muluk maka hal tersebut akan membuat
murid merasa minder dan tidak percaya diri.
2.
Menurut Jerrold E Kemp
Dengan menggunakan pola penyajian
kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukan, menguraikan dengan cara yang
mengesankan. Guru tidak hanya berbicara didepan tetapi juga dapat menggunakan
bahan media pandang, seperti slide, film, atau video.
Ada situasi dan waktu tertentu yang cocok
untuk menyampaikan bahan ajar dengan metode penyajian kepada sekelompok siswa,
yaitu:
a.
Sebagai pendahuluan, ikhtisar atau pengarahan pokok
bahan baru.
b.
Petunjuk untuk memberi semangat dan membangkitkan
keinginan untuk mempelajari sebuah mata pelajaran dan pokok pembahasan.
c.
Untuk menyampaikan informasi penting atau informasi
mendasar sebagai latar belakang untuk persiapan yang diperlukan yang tidak
mudah diterima siswa seelum mengikuti kegiatan kelompok kecil atau perorangan.
d.
Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir dalam suatu
bidang terutama apabila waktu persiapan terbatas.
e.
Sebagai narasumber umumnya sebagai pembicara yang
memberikan penyajian untuk penyajian film dan visual lainnya yang sangat cocok
dan efisien untuk diinformasikan kepada siswa dalam kelas secara sekaligus.
f.
Memberikan kesempatan pada siswa menyampaikan laporan
dikelas.
g.
Sebagai ikhtisar atau rangkuman ketika menyelesaikan
pengajaran tentang sebuah pokok bahasan dan satuan pelajar.
3.
Menurut Dr. C. Asri Budiningsih
Guru dan perancang pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran
mestinya lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengambil peran
moral baik dalm lingkungan, kelompok, sekolah, maupun masyarakat yang lebih
luas.
Peranan strategi pembelajaran perlu mencantumkan
kepada kegiatan yang dilakukan bagaimana mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan tersebut dan bagaimana mengontrol serta menilai hasil kegiatannya.
Kemampuan dan kesempatan untuk mengambil peran sosial tampaknya merupakan suatu
yang penting dalam perkembangan moral dan etika. Penelitian Honstein (dalam
Kohnberg & Turriel, 1973) memperlihatkan bahwa anak-anak maju dalam
penalaran moral. Orang tua yang berusaha mengenalkan pandangan anak, dan yang
mendorong anak yang secara langsung terjadinya dialog mempunyai pandangan anak
yang secara moral lebih matang. Pendapat demikian juga dikemukakan oleh Kohlerg
(dalam Cremers, 1995) disamping dalam keluarga, pengambilan peran sosial dalam
kelompok sebaya disekolahdan masyarakat yang lebih luas akan meningkatkan
perkembangan etika dan moralnya.
4. Menurut
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A
Para guru PAI lebih banyak mengenal model-model
evaluasi acuan moral maupun kelompok (Norm
Group Referenced evaluation). Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai
bukan hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat dan lainnya tetapi
apakah sahlatnya rajin atau tidak. Jika seorang guru PAI mau mengadakan tes
atau pengukuran keberhasilan mengajar, maka yang perlu dipertimbangkan lebih
dahulu adalh masalah apa yang akan di tes dan dievaluasi.
1. Jika
yang akan dites adalah kemampuan dasar atau aptitude
maka yang digunakan evaluasi acuan norma atau kelompok (Norm Group Referenced evaluation).
2.
Jika yang diatas adalah prestasi belajar maka digunakan
evaluasi acuan patokan (Certain
Referenced Evaluation).
3.
Jika yang akan dites adalah kepribadian maka digunakan
acuan etik.
1.1.Penilaian
Acuan Kelompok
a. Asumsi:
·
Mengakui perbedaan individu
·
Normalitas distribusi populasi
·
Isomarphisme
: adanya kesejajaran antara matematik dengan alam semesta
b. Implikasi
terhadap:
·
Tujuan pembelajaran : kemampuan berkembang
peserta didik lebih diutamakan dari pada penguasaan materi
·
Proses pembelajaran : mengembangkan prosrs belajar-mengajar
kompetisi sehat antar siswa
·
Kriteria : berkembang sesuai dengan kemampuannya
1.2.
Penilaian Acuan Patokan
a.
Acuannya dalam hal ini diharapkan:
·
Beda sebelum dan sesudah belajar
·
Homogenitas hasil belajar dan mereduksi
keragaman
·
Mempunyai kemampuan sesuaimdengan yang
dipelajari
b.
Implikasi terhadap:
·
Tujuan pembelajaran : kemampuan pengausaan
materi dan menjalankan tugas tertentu lebih diutamakan
·
Proses belajar mengajar : belajar tuntas,
modulasi, paket belajar, belajar mandiri
1.3.
Penilaian Acuan Etik
a. Ansumsi:
·
Manusia pada dasarnya fitrah atau baik
·
Satunya iman, ilmu, dan amal
b. Implikasi:
·
Tujuan pembelajaran : menjadikan manusia yang
baik, beramal, beriman, dan bertakwa.
·
Proses belajar mengajar : sistem belajar
berwawasan nilai
·
Kriteria : kriteria benar atau baik bersifat
mutlak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar