This is default featured slide 1 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 2 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 3 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 4 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 5 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

Selasa, 03 April 2012

Etika Belajar Mengajar Menurut Para Ahli


BAB II
KAJIAN TEORITIS

1.      Menurut Al-Ghazali
Etika Belajar
Sedangkan dalam etika belajar, Al-Ghazali menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
Pertama, membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.
Kedua, menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.
Ketiga, tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru. Bahkan menurut     Al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyearhkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.
Keempat, menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.
Kelima, tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami tabahhur dalam sesuatu yang dikerjakannya.
Keenam, janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
Ketujuh, janga terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.
Kedelapan, harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.
Kesembilan, pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.
Kesepuluh,harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id.
Etika Mengajar
Pertama, memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri.
Kedua, mengikuti teladan Rasul, tidak mengharap upah, balasan ataupun ucapan terima kasih ikhlas.
Ketiga, jangan lupa menasehati murid tentang hal-hal yang baik.
Keempat, jangan lupa menasehati murid dan mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi hendaknya gunakan sindiran. Jangan lupa untuk mengerjakannya terlebih dahulu karena pendidikan dengan sikap dan perbuatan jauh lebih efektif daripada perkataan
Kelima, jangan menghina disiplin ilmu lain.
Keenam, terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid. (Hal inilah yang disebut dalam balaghah sebagai kefashihan).
Ketujuh, hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simpel dan mudah dipahami, karena jika pelajarannya terlalu muluk-muluk maka hal tersebut akan membuat murid merasa minder dan tidak percaya diri.
2.      Menurut Jerrold E Kemp
Dengan menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukan, menguraikan dengan cara yang mengesankan. Guru tidak hanya berbicara didepan tetapi juga dapat menggunakan bahan media pandang, seperti slide, film, atau video.
Ada situasi dan waktu tertentu yang cocok untuk menyampaikan bahan ajar dengan metode penyajian kepada sekelompok siswa, yaitu:
a.       Sebagai pendahuluan, ikhtisar atau pengarahan pokok bahan baru.
b.      Petunjuk untuk memberi semangat dan membangkitkan keinginan untuk mempelajari sebuah mata pelajaran dan pokok pembahasan.
c.       Untuk menyampaikan informasi penting atau informasi mendasar sebagai latar belakang untuk persiapan yang diperlukan yang tidak mudah diterima siswa seelum mengikuti kegiatan kelompok kecil atau perorangan.
d.      Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir dalam suatu bidang terutama apabila waktu persiapan terbatas.
e.       Sebagai narasumber umumnya sebagai pembicara yang memberikan penyajian untuk penyajian film dan visual lainnya yang sangat cocok dan efisien untuk diinformasikan kepada siswa dalam kelas secara sekaligus.
f.       Memberikan kesempatan pada siswa menyampaikan laporan dikelas.
g.      Sebagai ikhtisar atau rangkuman ketika menyelesaikan pengajaran tentang sebuah pokok bahasan dan satuan pelajar.



3.      Menurut Dr. C. Asri Budiningsih
Guru dan perancang pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran mestinya lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengambil peran moral baik dalm lingkungan, kelompok, sekolah, maupun masyarakat yang lebih luas.
Peranan strategi pembelajaran perlu mencantumkan kepada kegiatan yang dilakukan bagaimana mendorong siswa untuk melakukan kegiatan tersebut dan bagaimana mengontrol serta menilai hasil kegiatannya. Kemampuan dan kesempatan untuk mengambil peran sosial tampaknya merupakan suatu yang penting dalam perkembangan moral dan etika. Penelitian Honstein (dalam Kohnberg & Turriel, 1973) memperlihatkan bahwa anak-anak maju dalam penalaran moral. Orang tua yang berusaha mengenalkan pandangan anak, dan yang mendorong anak yang secara langsung terjadinya dialog mempunyai pandangan anak yang secara moral lebih matang. Pendapat demikian juga dikemukakan oleh Kohlerg (dalam Cremers, 1995) disamping dalam keluarga, pengambilan peran sosial dalam kelompok sebaya disekolahdan masyarakat yang lebih luas akan meningkatkan perkembangan etika dan moralnya.  



4.      Menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A
Para guru PAI lebih banyak mengenal model-model evaluasi acuan moral maupun kelompok (Norm Group Referenced evaluation). Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat dan lainnya tetapi apakah sahlatnya rajin atau tidak. Jika seorang guru PAI mau mengadakan tes atau pengukuran keberhasilan mengajar, maka yang perlu dipertimbangkan lebih dahulu adalh masalah apa yang akan di tes dan dievaluasi.
1.      Jika yang akan dites adalah kemampuan dasar atau aptitude maka yang digunakan evaluasi acuan norma atau kelompok (Norm Group Referenced evaluation).
2.      Jika yang diatas adalah prestasi belajar maka digunakan evaluasi acuan patokan (Certain Referenced Evaluation).
3.      Jika yang akan dites adalah kepribadian maka digunakan acuan etik.



1.1.Penilaian Acuan Kelompok
a.       Asumsi:
·         Mengakui perbedaan individu
·         Normalitas distribusi populasi
·         Isomarphisme : adanya kesejajaran antara matematik dengan alam semesta
b.      Implikasi terhadap:
·         Tujuan pembelajaran : kemampuan berkembang peserta didik lebih diutamakan dari pada penguasaan materi
·         Proses pembelajaran  : mengembangkan prosrs belajar-mengajar kompetisi sehat antar siswa
·         Kriteria : berkembang sesuai dengan kemampuannya
1.2.            Penilaian Acuan Patokan
a.       Acuannya dalam hal ini diharapkan:
·         Beda sebelum dan sesudah belajar
·         Homogenitas hasil belajar dan mereduksi keragaman
·         Mempunyai kemampuan sesuaimdengan yang dipelajari
b.      Implikasi terhadap:
·         Tujuan pembelajaran : kemampuan pengausaan materi dan menjalankan tugas tertentu lebih diutamakan
·         Proses belajar mengajar : belajar tuntas, modulasi, paket belajar, belajar mandiri



1.3.            Penilaian Acuan Etik
a.       Ansumsi:
·         Manusia pada dasarnya fitrah atau baik
·         Satunya iman, ilmu, dan amal
b.      Implikasi:
·         Tujuan pembelajaran : menjadikan manusia yang baik, beramal, beriman, dan bertakwa.
·         Proses belajar mengajar : sistem belajar berwawasan nilai
·         Kriteria : kriteria benar atau baik bersifat mutlak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news