Dalam merancang latihan mental, sebaiknya pelatih atau
psikolog olahraga mempertimbangkan dahulu aspek-aspek berikut :
1. Karakteristik atlit/pemain yang melakukan latihan mental :
siapa yang melakukan latihan mental ? apakah atlit mahir atau atlit pemula ?
sampai tahap apa kemampuannya ?
kemampuan otak dalam membayangkan sesuatu selalu konsisten
dengan apa yang dapat dilakukan oleh tubuh. Misalnya, seorang perenang amatir
gaya crawl akan merasa kesulitan membayangkan gerakan renang gaya
kupu-kupu; karena ia hanya terlatih melakukan gaya crawl (gaya bebas). Jadi,
latihan mental tidak bisa menggantikan latihan fisik sepenuhnya. Atlit yang
belum menguasai gerakan kuncian dalam judo akan kesulitan melakukan gerakan itu
bila ia belum ahli atau masih baru bermain. Jadi, sebelum menyuruhmelakukan
atlit latihan mental pastikan terlebih dahulu atlit sudah menguasau gerakan
tersebut.
2. Target keterampilan/kemampuan yang ingin ditingkatkan :
kemampuan atau keterampilan spesifik apa yang ingin ditingkatkan? apakah
termasuk dengan tugas kognitif atau tugas fisik ? perlu diingat bahwa latihan
mental yang berkaitan dengan tugas kognitif hanya efektif pada atlit mahir yang
sudah berpengalaman. Sedangkan untuk atlit pemula, tujuan latihan mental adalah
untuk mengasah gerakan fisik.
lebih jauh lagi, bila berkaitan dengan tugas kognitif,
kemampuan spesifik apa yang ingin ditingkatkan? Misalnya, dalam olahraga pencak
silat tanding, target keterampilannya adalah kemampuan mengatur posisi di dalam
gelanggang. Sehingga, yang dibayangkan pesilat dalam latihan mental adalah ia
berada di gelanggang sedang menghadapi lawan : lalu ia membayangkan mengatur
langkah kakinya untuk mendapatkan posisi menguntungkan di dalam gelanggang.
sedangkan pada tugas fisik, keterampilan spesifik apa yang
ingin ditingkatkan? Misalnya seorang pesenam ingin melatih keterampilan dasar
gerakan flip-flop, maka yang ia bayangkan adalah dirinya melakukan gerakan
flip-flop beberapa kali secara sempurna.
3. Karakteristik cabang olahraga yang dilakukan. Dalam latihan
mental untuk olahraga tim, terutama yang berkaitan dengan tugas kognitif,
seorang pemain harus juga membayangkan pemain-pemain lainnya dan/atau pemain
lawan. Pada olahraga individual, pemain cukup hanya membayangkan dirinya berada
di gelanggang / lapangan.
Penting bagi pemain/atlit untuk membayangkan kondisi lapangan
sedetil mungkin, termasuk permukaan lapangan tempat ia berdiri, posisi wasit
atau juri, peralatan / perangkat yang ada di lapangan (misalnya, lokasi ring
basket untuk basket, kuda-kuda lompat untuk pesenam, garis gelanggang untuk
pesilat tanding, dsj). Hal ini baru bisa dibayangkan secara jelas apabila atlit
telah berpengalaman tanding sebelumnya.
4. Frekuensi dan intensitas pengulangan. Disarankan latihan
mental dilakukan sekali sehari selama 10 – 20 menit sebelum tidur atau pada
saat suasana tenang dan nayaman.Untuk latihan mental yang berkaitan dengan
tugas kognitif cukup dilakukan satu kali sehari, karena atlit harus
membayangkan banyak hal dan memecahkan masalah.
Namun untuk meningkatkan keterampilan gerak yang sederhana
(tugas fisik) ada juga yang menyarankan dilakukan sesering mungkin, mengingat
bahwa latihan mental yang berkaitan dengan tugas gerak tidak membutuhkan waktu
lama untuk membayangkannya.Hal ini karena tujuan latihan mental yang terkait
tugas fisik adalah untuk meningkatkan otomatisasi gerakan – gerakan yang
dibuthkan dalam bermain.