This is default featured slide 1 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 2 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 3 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 4 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 5 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

Kamis, 08 Oktober 2015

Mental Practice (Latihan Mental)



Mental Training, atau Mental Practice, atau dalam bahasa Indonesia disebut latihan mental adalah apabila latihan dilakukan secara kognitif, simbolik (dalam pikiran) tanpa adanya latihan fisik atau “latihan yang aktual”. Contohnya, seorang pemain basket yang membayangkan melakukan latihan three poin saat menjelang tidur, dapat dikatakan ia sedang melakukan latihan mental, karena pada kenyataannya dia tidak sedang berada di lapangan, tidak memegang bola, tubuhnya tidak dalam kondisi mau melakukan lemparan 3 poin. Ia hanya membayangkannya dalam pikiran. Nah, latihan-latihan semacam inilah yang disebut latihan mental. Ada yang menyebutnya dengan berbagai istilah, misalnya mental rehearsal, imagery, visualization (visualisasi), dan lain sebagainya.

Dalam studi metaanalisis yang dilakukan Driskell, Cooper dan Moran (1997), diketahui beberapa temuan penting mengenai latihan mental, yaitu:
1. latihan mental terbukti efektif untuk meningkatkan penampilan dalam olahraga. Tetapi, dalam beberapa studi latihan mental tetap tidak lebih efektif daripada latihan yang sesungguhnya (yang dilakukan secara fisik). Jadi, latihan mental benar-benar efektif bila juga dikombinasikan dengan latihan fisik.
2. efek dari latihan mental dapat menurun. Menurut Driskell, peningkatan kemampuan hanya bertahan 2 minggu saja, setelah itu kembali menurun. artinya, latihan mental juga harus dilakukan secara teratur.
3. latihan mental sama-sama efektif dalam meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan tugas kognitif dan tugas fisik dalam bertanding.Tugas kognitif, misalnya berkaitan dengan pemecahan masalah. misalnya mengatur strategi, menganalisa pergerakan lawan, membaca permainan lawan, mengatur permainan dsb. Sedangkan tugas fisik, berkaitan dengan gerakan tubuh yang dilakukan pada satu cabang olahraga tertentu. misalnya membayangkan melakukan pukulan, menendang penalti, melompati galah, melakukan tembakan 3 poin dsb.
4. Latihan mental terbukti lebih efektif meningkatkan penampilan pada atlit mahir daripada bila dilakukan pada atlit amatir. Pada atlit mahir, latihan mental dapat meningkatkan penampilan yang berhubungan dengan tugas kognitif, misalnya mengatur strategi untuk memenangkan pertandingan. Namun pada atlit amatir, hasilnya tidak efektif, kemungkinan karena atlit amatir belum memiliki gambaran jelas mengenai berbagai jenis permainan dan belum memiliki keterampilan motorik yang cukup.
Tetapi untuk tugas yang bersifat fisik, mental training juga terbukti efektif pada atlit amatir. Jadi, disarankan agar para atlit amatir melakukan latihan mental untuk gerakan-gerakan sederhana dulu dengan tetap dikombinasikan dengan latihan fisik yang intensif. Untuk membayangkan permainan yang terkait strategi, hanya bisa dilakukan bila ia telah mengetahui gambaran lengkap mengenai bagaimana pertandingan dilakukan.
5. temuan terakhir menyatakan bahwa mental training tidak perlu dilakukan terlalu lama, disarankan dalam waktu tidak lebih dari 20 menit. lebih dari itu, pemain akan kehilangan konsentrasi.
lalu, mengapa latihan mental dapat meningaktkan kemampuan ? Penelitian untuk menjawab pertanyaan ini masih terus dilakukan.
Penjelasan pertama, adalah adanya hubungan psychoneuromuscular (Jacobson, 1932), atau hubunganantara otak dengan otot. Apabila otak membayangkan melakukan suatu gerakan, maka otot akan menunjukkan aktifitas yang mirip dengan aktifitas melakukan gerakan, namun dengan intensitas yang lebih rendah. Pengulangan ini akan memberikan umpan balik kinestetik kepada pelaku, sehingga akan memperkuat program motoriknya.
Penjelasan kedua mempercayai latihan mental adalah suatu kegiatan kognitif (berpikir). Menurut Sackett (1934), latihan mental memfasilitasi terciptanya hubungan yang kuat antara pikiran dengan kontrol motorik. Contohnya, seorang striker yang mahir dapat melakukan latihan mental dengan menciptakan “sebuah lapangan bola” yang lengkap dengan pemain bertahan untuk melatih reaksinya dalam menggiring bola melewati pemain lawan. Gambaran ini  (yang dalam psikologi disebut “schemata”), akan memperpendek waktu jeda antara perintah dari otak dengan gerakan yang harus dilakukan saat ia berada dalam situasi sesungguhnya. Semakin mahir seorang atlit maka akan semakin detil gambaran yang ada dalam pikirannya. Itulah mengapa seorang atlit amatir belum bisa mendapatkan manfaat dari latihan mental karena ia belum berpengalaman.
Saat ini, istilah latihan mental telah diperluas bukan hanya dalam aspek kognitif saja dengan “membayangkan pertandingan”, tetapi juga telah merambah ke aspek emosional, misalnya membayangkan perasaan bila meraih kemenangan. Misalnya, seorang striker membayangkan ia mencetak gol kemudian merayakan keberhasilan itu dengan melakukan selebrasi; disini bukan hanya membayangkan apa yang ia lakukan, tetapi ia juga membayangkan gejolak emosi yang akan dirasakannya bila mencetak gol. Biasanya, setelah melakukan visualisasi seperti ini, atlit akan dipenuhi perasaan positif dan optimis, dan muncul peningkatan kepercayaan diri dalam menghadapi pertandingan.


Beberapa teknik juga menyarankan tidak hanya merasakan perasaan positif saja, tetapi atlit juga perlu membayangkan situasi-situasi terburuk dan membayangkan bagaimana keluar dari situasi buruk tersebut. Situasi buruk ini misalnya tertinggal poin; menghadapi lawan yang menggunakan taktik kotor; bila wasit berat sebelah; menghadapi penonton yang mengintimidasi tim; dan lain sebagainya. Latihan mental yang semacam ini dapat membantu atlitmengontrol kecemasan meskipun dalam situasi genting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news